Bagiku yang sudah terbiasa oleh lingkungan busway, akan lebih terbiasa oleh hal-hal didalamnya. Terbiasa dengan bau tak sedap sesama penumpang, terbiasa berdiri berdesakan, dan terbiasa mengantri -_-
Pernah satu kali aku pulang kampus menggunakan busway, kebetulan kondisi saat itu tidak begitu ramai namun tetap aja aku berdiri. Saat itu di luar sedang hujan lebat. Hingga di satu shelter naik seorang anak ringkih kurus dan basah kuyup menandakan ia telah berjalan di tengah hujan. Aku tau dia bukan anak biasa, dari penampilannya yang kotor dan tidak beralas kaki. Namun di tangannya ia menggengam selembar uang Rp 5000,-. Oh Tuhan, mengapa engkau biarkan anak-Mu satu itu sendirian tak tentu.
Aku tau dia anak autis. Dari baju yang dipakainya bertuliskan "yayasan anak autis wayan". Dan dari kelakuannya didalam bus. Dia masuk dan berjalan menengok kanan-kiri sambil mengatakan "dingin yah dingin". Petugas busway segera menangkapnya agak tidak berjalan-jalan di dalam bus. Lalu di shalter berikutnya dia diturunkan, dari pengamatanku mereka-mereka yang waras akan mengeluarkan anak itu.
Dia hanyalah anak lelaki tak berdosa yang berusaha mencari sesuatu yang lebih waras di hidupnya.
Aku meneruskan perjalananku. Dan kali ini karena sangat kelelahan aku sudah tidak melihat jam lagi, yang aku ingat, saat itu aku menunggu kedatangan busway sehingga dapat menyaksikan terjadinya gelap dan awan hitam yang berjalan dari sisi kiri bergerak ke sisi kananku. Well, aku juga menyaksikan pertemuan dua orang di luar halte yang kebetulan tempat itu juga merupakann terminal.
Wanita itu sudah berdiri di samping shelter setengah jam lebih hampir sama dengan waktuku menunggu bus. Namun dia tidak menampakkan kalau ia akan menaiki salah satu angkutan disitu. Well, ada dua perkiraanku saat itu. Pertama, dia sedang menunggu jemputan. Kedua, dia sedang janjian dengan seseorang ditempat biasa ia janjian, karena ia terlihat sangat familiar dengan tempatnya berdiri.
Kurang lebih setengah jam kemudian ia mengganti suasana wajahnya yang garang menjadi lembut. Dari senyum-senyum kecilnya sepertinya orang yang ditunggu datang. Dan benar, perkiraan keduaku tepat. Lelaki sebayanya melambai dari tengah-tengah terminal; sepertinya habis turun dari sebuah angkutan.
Oh betapa asiknya mereka, haha.
Dan ketika awan gelap berada tepat di atas terminal itu, yang kebetulan adalah jam pulang kerja, banyak orang mengambil langkah panjang-panjang agar cepat sampai rumah dan tidak kehujanan.
Lalu hujan mulai rinjit-rintik tapi cukup deras dan para pedagang kaki lima pun bergegas merapikan dagangannya. Ada satu pedagang minuman yang menngunakan gerobak nampak di mataku. Karena hujan yang semakin lebat, ia menurunkan payun besarnya hingga pas setinggi dengan kepalanya. Dalam hati aku akui itu agak menyebalkan, seakan-akan ia tidak mau ada orang lain numpang berteduh di bawah payung besarnya -_-
Tempat segala macam orang dan kelakuannya bertemu.
Tempat itu merupakan terminal.
Pernah satu kali aku pulang kampus menggunakan busway, kebetulan kondisi saat itu tidak begitu ramai namun tetap aja aku berdiri. Saat itu di luar sedang hujan lebat. Hingga di satu shelter naik seorang anak ringkih kurus dan basah kuyup menandakan ia telah berjalan di tengah hujan. Aku tau dia bukan anak biasa, dari penampilannya yang kotor dan tidak beralas kaki. Namun di tangannya ia menggengam selembar uang Rp 5000,-. Oh Tuhan, mengapa engkau biarkan anak-Mu satu itu sendirian tak tentu.
Aku tau dia anak autis. Dari baju yang dipakainya bertuliskan "yayasan anak autis wayan". Dan dari kelakuannya didalam bus. Dia masuk dan berjalan menengok kanan-kiri sambil mengatakan "dingin yah dingin". Petugas busway segera menangkapnya agak tidak berjalan-jalan di dalam bus. Lalu di shalter berikutnya dia diturunkan, dari pengamatanku mereka-mereka yang waras akan mengeluarkan anak itu.
Dia hanyalah anak lelaki tak berdosa yang berusaha mencari sesuatu yang lebih waras di hidupnya.
Aku meneruskan perjalananku. Dan kali ini karena sangat kelelahan aku sudah tidak melihat jam lagi, yang aku ingat, saat itu aku menunggu kedatangan busway sehingga dapat menyaksikan terjadinya gelap dan awan hitam yang berjalan dari sisi kiri bergerak ke sisi kananku. Well, aku juga menyaksikan pertemuan dua orang di luar halte yang kebetulan tempat itu juga merupakann terminal.
Wanita itu sudah berdiri di samping shelter setengah jam lebih hampir sama dengan waktuku menunggu bus. Namun dia tidak menampakkan kalau ia akan menaiki salah satu angkutan disitu. Well, ada dua perkiraanku saat itu. Pertama, dia sedang menunggu jemputan. Kedua, dia sedang janjian dengan seseorang ditempat biasa ia janjian, karena ia terlihat sangat familiar dengan tempatnya berdiri.
Kurang lebih setengah jam kemudian ia mengganti suasana wajahnya yang garang menjadi lembut. Dari senyum-senyum kecilnya sepertinya orang yang ditunggu datang. Dan benar, perkiraan keduaku tepat. Lelaki sebayanya melambai dari tengah-tengah terminal; sepertinya habis turun dari sebuah angkutan.
Oh betapa asiknya mereka, haha.
Dan ketika awan gelap berada tepat di atas terminal itu, yang kebetulan adalah jam pulang kerja, banyak orang mengambil langkah panjang-panjang agar cepat sampai rumah dan tidak kehujanan.
Lalu hujan mulai rinjit-rintik tapi cukup deras dan para pedagang kaki lima pun bergegas merapikan dagangannya. Ada satu pedagang minuman yang menngunakan gerobak nampak di mataku. Karena hujan yang semakin lebat, ia menurunkan payun besarnya hingga pas setinggi dengan kepalanya. Dalam hati aku akui itu agak menyebalkan, seakan-akan ia tidak mau ada orang lain numpang berteduh di bawah payung besarnya -_-
Tempat segala macam orang dan kelakuannya bertemu.
Tempat itu merupakan terminal.










